“Rahasia kesuksesan bukan praktek, modal bisnis atau tren” ujar Steven Robbins, penulis “The Leadership Workshop”. Itu semua cuma produk sampingan dari rahasia sesungguhnya, yaitu bahwa semua praktek bisnis terbaik di dunia tidak akan membuahkan hasil kecuali anda mengerti bahwa faktor utama yang mendorong sebuah kesuksesan adalah BELIEF (Apa yang anda percayai)!”
Dalam bahasa Inggris, percaya (believe in) berarti menerima sesuatu sebagai kebenaran. Tapi menurut C.S. Lewis, pemikir dan penulis Kristen besar abad 20, telah terjadi pergeseran makna dari kata ‘percaya’. Saat ini orang lebih melihat ‘percaya’ sebagai ‘menyetujui’ (to approve of). Ini jadi problem karena orang bisa saja menyetujui sesuatu, tetapi belum tentu ia betul-betul mempercayainya sebagai kebenaran.
Analoginya adalah cerita tentang seorang ahli akrobat yang berjalan diatas seutas tali melintasi air terjun Niagara. Kepada orang-orang yang menonton ia bertanya apakah mereka percaya bahwa ia bisa berjalan diatas tali itu? Semua orang menjawab “Ya, kami percaya!”. Maka ia pun melintasi air terjun itu dengan selamat. Kemudian dia bertanya kembali “ Percayakah anda, saya dapat menggendong seseorang dengan selamat menuju ke seberang sana?” Semua orang menjawab bahwa mereka percaya. Tapi ketika ahli akrobat ini bertanya apakah orang orang yang percaya ini ada yang bersedia digendong olehnya untuk melintasi air terjun, tak seorang pun yang mengajukan diri kecuali seorang gadis. Singkat cerita, ahli akrobat itu berhasil melintasi air terjun di atas seutas tali sambil menggendong gadis itu dengan selamat. Gadis itu ternyata anak perempuannya. Ia satu-satunya orang yang betul- betul percaya pada kemampuan ayahnya.
Banyak orang Kristen menyetujui kekristenan, tapi mereka tidak betul-betul percaya pada kebenaran Firman Tuhan dan janji-janji-Nya; terutama saat sudah masuk di area bisnis dan profesi. Ketika harus menggunakan unsur BELIEF demi meningkatkan performa kerja, maka teori-teori mengenai kekuatan pikiran yang tak terbatas (unlimited power of mind dan sejenismya) lebih menjadi pilihan. Alasannya sederhana saja, karena semuanya itu bisa kita kontrol.
Banyak orang tidak sadar bahwa hal-hal semacam itu berbahaya sebab akan menciptakan ‘little god in you’ yang konsepnya berawal pada pemikiran bahwa Anda tidak butuh Tuhan. Padahal ketika kekristenan bicara soal positive thinking dan sejenisnya, dasar dari semuanya adalah iman; bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan Tuhan yang memberikanya melalui Roh Kudus. Tuhan-lah yang merupan sumber tak terbatas (unlimited source) dari segala hikmat, kebijaksanaan, dan kemampuan; termasuk pula sumber berkat, karir dan rejeki. Tentu saja bukan berarti kita percaya begitu saja kepada takdir dan nasib sebab prinsip kekristenan adalah ”Ora et Labora” . Siapa yang tak bekerja, janganlah ia makan. Kita dapat melihat bahwa BELIEF adalah merupakan landasan dari 5P (Philosophy, Positive mind, Policy, Practises and Performances) yang merupakan esensi dari sebuah kegiatan usaha.
Banyak orang tidak sadar bahwa hal-hal semacam itu berbahaya sebab akan menciptakan ‘little god in you’ yang konsepnya berawal pada pemikiran bahwa Anda tidak butuh Tuhan. Padahal ketika kekristenan bicara soal positive thinking dan sejenisnya, dasar dari semuanya adalah iman; bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan Tuhan yang memberikanya melalui Roh Kudus. Tuhan-lah yang merupan sumber tak terbatas (unlimited source) dari segala hikmat, kebijaksanaan, dan kemampuan; termasuk pula sumber berkat, karir dan rejeki. Tentu saja bukan berarti kita percaya begitu saja kepada takdir dan nasib sebab prinsip kekristenan adalah ”Ora et Labora” . Siapa yang tak bekerja, janganlah ia makan. Kita dapat melihat bahwa BELIEF adalah merupakan landasan dari 5P (Philosophy, Positive mind, Policy, Practises and Performances) yang merupakan esensi dari sebuah kegiatan usaha.
Dan karena manusia diciptakan sebagai mahkluk penyembah. Ketika ada hal lain yang menjadi sentral hidup dan pusat penyembahanya, itu merupakan kekejian bagi Tuhan. Alkitab jelas berkata “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatanya sendiri, dan yang hatinya jauh dari pada Tuhan.” (Yeremia 17:56).
Matius 19:16-24 menceritakan tentang Tuhan Yesus yang meminta seorang pemuda kaya untuk menjual seluruh hartanya dan mengikuti Dia. Yesus tidak menuntut hal ini pada orang-orang kaya lain yang ditemuiNya. Mengapa? Karena Yesus tahu, khusus bagi pemuda kaya ini, hartanya telah menjadi pusat ‘alam semesta’nya (alias telah jadi berhala baginya). Dan pemuda ini memang gagal memenuhi permintaan Yesus. Kemanusiaan kita memang tidak akan cukup kuat untuk membuat kita berpaling kepada Kristus, apalagi yang menjadi ‘pusat alam semesta’ kita tampaknya terlalu indah untuk ditinggalkan.
Tuhan kadang mengijinkan kegagalan terjadi supaya segala berhala dan ilah palsu yang menjadi pusat hidup kita dihancurkan dan kita pun akan beralih pada kasih-Nya.
Tuhan kadang mengijinkan kegagalan terjadi supaya segala berhala dan ilah palsu yang menjadi pusat hidup kita dihancurkan dan kita pun akan beralih pada kasih-Nya.
Saat itu terjadi, Tuhan kadang mengijinkan kegagalan terjadi supaya segala berhala dan ilah palsu yang menjadi pusat hidup kita dihancurkan dan kita pun akan beraih pada kasih-Nya. Banyak orang yang diijinkan mengalami kegagalan dan proses perubahan dalam kehidupan bisnis dan profesi mereka, supaya BELIEF mereka betul-betul memiliki orientasi yang benar dan mereka bisa mengalami kesuksesan sejati sesuai dengan rencana Allah bagi mereka sejak awal. Sebab Dia telah berjanji akan memberkati orang yang mengandalkan dan menaruh harapannya pada-Nya. (Yeremia 17:7-8)
Saduran dari ”GetLife” Tahun III- Edisi no. 22
Saduran dari ”GetLife” Tahun III- Edisi no. 22
No comments:
Post a Comment