Blog IMAGE Lippo Cikarang



created by www.donghaeng.net

26 June 2008

Kesan Gabungan 19 Juni 2008

Click to larger image

click to larger image

Gallery Ultah GKPB MDC yang ke-13

click to larger image

click to larger image

click to larger image

click to larger image

Melayani Dengan Kerendahan Hati


Oleh: Manasje Korniawan


“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukan- nya.” (Yohanes 13:16,17)
Kisah Yesus membasuh kaki murid-muridNya, merupakan kisah yang ditulis hanya pada Injil tulisan Yohanes (Yohanes 13:1-20). Peristiwa yang dramatis ini terjadi pada malam terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan.
Dalam peristiwa ini, Yesus ingin menunjukkan suatu teladan kepada murid-muridNya, kepada kita semua, bahwa pelayanan pekerjaan Tuhan di dunia ini tidaklah sama dengan pandangan dunia. Dunia menghendaki sesuatu yang “wah”, hebat, menonjol, keakuan, superstar bagaikan bintang-bintang di langit, penghormatan. Pelayanan dunia adalah melayani pemimpin, penguasa.
Ada sebuah anekdot, digambarkan bahwa rakyat berdesak-desakan di dalam  sebuah bus yang penuh penumpang, pengap dan kepanasan di dalam bus itu, dihentikan oleh polisi, karena saat itu lewat “pelayan rakyat”, menaiki mobil sedan mewah ber – AC, dikawal oleh Polisi jalan raya, melewati jalan tersebut yang telah bebas dari hambatan dan kemacetan.


Inilah gambaran pelayanan dunia, siapa di atas, yang memimpin, yang berkuasa, dialah sebagai raja, menerima segala fasilitas dan kemudahan, disanjung-sanjung dan dihormati. (Lukas 22:24,25).
Tuhan Yesus berkata, “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar diantara kamu, hendaklah menjadi sebagai yang paling muda, dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”(Lukas 22:26,27).
Tuhan Yesus memberikan suatu gambaran, bahwa siapa yang menjadi terbesar di dalam kerajaan Sorga, bukanlah seorang yang paling hebat di dunia ini, yang menerima segala penghormatan dan dilayani, tetapi yang memiliki kerendahan hati, yang bersedia mengorbankan dirinya sendiri, mengosongkan diri untuk melayani, menjadi yang paling muda atau rendah, memperhatikan dan melayani kepentingan orang lain.
Tuhan Yesus memberikan contoh teladan hidup yang sangat sempurna, Dia yang adalah Allah, yang Maha Tinggi, Pencipta alam semesta, Raja di atas segala raja, ketika menjadi manusia, “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, … Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:6–8).

Selama hidup di dunia, Yesus menunjukkan kerendahan hati, melayani, walaupun Ia sangat hebat, membuat mujizat, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, sangat luar biasa. Malah murid-muridNya yang merasa sombong, ketika orang-orang Samaria tidak mau menerima mereka, mereka berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54).
Kita memperoleh keselamatan, ditebus dan diangkat menjadi anak-anak Allah, masuk dalam keluarga Allah, itu semua oleh karena kasih karuniaNya, bukan usaha dan jerih payah kita.
Mungkin tanpa kasih karunia Allah, kita sekarang ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, mungkin tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain, tapi oleh karena kasih karuniaNya, kita boleh menjadi seperti kita hidup sekarang, apakah sebagai hamba Tuhan, diaken, penilik jemaat, guru, dan lainnya.
Janganlah kita menganggap diri kita hebat, dan maunya menonjol terus, dan tidak memberikan penghormatan kepada mereka yang melayani dengan rendah hati, yang tidak pernah kelihatan.

Apakah kita merasa tergerak hati (terpikirkan) tentang pelayanan yang tidak nampak, seperti seksi (komisi) kematian, yang dengan tekun melayani mereka yang sudah meninggal, merias (make up) orang meninggal, atau pelayanan orang-orang jompo, yang setiap kebaktian, menjemput orang-orang yang tua ini dari rumah ke rumah, jauh sebelum kebaktian dimulai, dengan kendaraan dan  biaya sendiri, agar orang-orang tua itu dapat ikut beribadah di gereja dan juga pulangnya mengantar mereka sampai di rumah masing – masing, atau pelayanan yang mempersiapkan ruangan ibadah, menyapu, mengepel, dan menata kursi, agar ibadah dapat berjalan dengan nyaman. Hamba-hamba Tuhan yang melayani di pelosok-pelosok terpencil, daerah yang sulit, di Sumatera, Riau, Kalimantan , Papua, menuai ladang yang sudah menguning.
Apakah kita akan berkata, “Oh, itu bukan tugas saya, itu tugas orang lain, tugas jemaat, tugas saya adalah berkothbah, tampil di mimbar, memenangkan ribuan jiwa bagi Tuhan. Saya hanya terpanggil untuk kota-kota besar di Jawa, gereja-gereja yang sudah mapan, dengan jemaat yang banyak. Daerah-daerah terpencil, bukan tugas saya.” Atau berkata, “Wah, itu bukan tanggung jawab saya, saya hanya hadir dalam kebaktian, duduk, mendengarkan Firman Tuhan, dan pulang, itu bukan urusan saya.”
Ada sebuah kisah, seorang hamba Tuhan, yang dipakai oleh Tuhan secara luar biasa, setiap kali berkothbah, yang hadir ribuan orang, dan banyak jiwa yang bertobat karena kothbahnya. Sementara itu ada seorang ibu tua yang setia datang beribadah, duduk dikursi paling belakang, dan selalu berdoa setiap kali hamba Tuhan ini berkothbah. Suatu ketika hamba Tuhan dan Ibu tua ini dipanggil ke Sorga, untuk menerima mahkota. Hamba Tuhan ini berpikir pasti dialah yang akan mendapatkan mahkota dan pahala yang besar. Tetapi ternyata ibu tualah yang memperoleh mahkota yang indah, lebih mulia dari hamba Tuhan itu.


Ketika hamba Tuhan ini protes kepada Tuhan, Tuhan menjawab, kalau bukan karena doa ibu tua itu, yang selalu berdoa untuknya,  hamba Tuhan ini bukanlah apa-apa, tak dapat sehebat itu pelayanannya.
Kejahatan terbesar di hadapan Tuhan adalah keseombongan. Kesombongan (tinggi hati) adalah lawan dari kerendahan hati. Kesombongan menonjolkan keakuan, tidak mengakui campur tangan Allah, dan melawan Allah.
Karena kesombonganlah maka Iblis jatuh dan dicampakkan ke bumi, ”Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar ….. Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan … hendak menyamai Yang Maha Tinggi. Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan .” (Yesaya 14:12–15)
Kita dapat merenungkan Firman Tuhan dalam Matius 7:22,23, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan.”
Banyak anak-anak Allah, orang Kristen akan terbujuk oleh bisikan iblis untuk hidup mementingkan diri sendiri, meninggikan diri dan menjadi sombong, dan tidak bergantung lagi kepada Allah, tidak setia dan tidak taat kepada Tuhan dan FirmanNya dalam hidup dan pertumbuhan rohani mereka, tetapi memakai alasan melayani Tuhan untuk memuaskan keinginan daging dan hawa nafsu pribadi mereka.
Tuhan Yesus menyatakan “Yang terbesar diantara kamu … menjadi yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 2:26). Kebesaran sejati bukanlah mengenai kedudukan, jabatan, kepemimpinan, kuasa, pengaruh, gelar pendidikan, ketenaran, kemampuan, prestasi atau keberhasilan yang besar, melainkan kehidupan rohani kita dihadapan Allah, menjadi besar dalam hal-hal yang benar, makin besar dan bertumbuh dalam iman, kerendahan hati, watak yang saleh, hikmat, penguasaan diri, kesabaran, dan kasih, untuk melayani orang lain bagi kemuliaan nama Tuhan. Karena semua yang kita lakukan untuk Tuhan tanpa pamer, tanpa “gembar-gembor”, tetapi secara sembunyi, maka Bapa Sorgawi yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Matius 6:4,6,18).

Miliki Mimpi Besar (Tapi Setialah Pada Hal-hal Kecil)



Waktu saya masih kecil, saya selalu ingin menjadi penyanyi terkenal nantinya. Lalu saya membayangkan menjadi presiden. Lalu saat saya berusia 21 tahun, teman saya mengajak saya dan yang lain menulis daftar 25 hal yang ingin kami lakukan dalam hidup kami. Saya telah memimpikan masa depan sejak lama. Tapi anehnya, saat sekarang "masa depan" itu di sini, saya hampir tidak bisa mengingat sebagian besar hal-hal yang saya tulis dalam daftar itu. Hmmm... saya masih ingat sebagian: membeli dan mendekor ulang sebuah rumah tua, memulai bisnis saya sendiri, dan menulis buku. Yang terakhir ini masih melekat dalam diri saya, sesuatu yang sangat ingin saya lakukan. Saya tidak yakin bahwa saya mampu menulis sebuah buku, karena saya kurang tekun dan saya juga tidak tahu darimana idenya. Apa yang harus saya tulis sepanjang 200 halaman? Tapi saya tetap menyimpan keinginan itu.

Saya pikir ada banyak orang yang membuat daftar seperti itu, berisi hal-hal seperti: tour ke Eropa, menemukan sesuatu yang berguna bagi dunia, mendaki gunung-gunung tertinggi, membuka restoran, dan sebagainya. Apa impian Anda? Apakah Anda pernah berada di suatu kelas, gereja, berjalan kaki, atau saat teduh Anda dan mendapatkan pimpinanNya untuk mengejar sesuatu? Pernahkah Anda mendapatkan suatu kesan yang mengatakan pada Anda "untuk inilah aku diciptakan"?

Impian adalah motivator yang sangat kuat. Mereka mendorong kita mengambil resiko, melewati batasan-batasan, dan untuk terus mencoba ketika kita gagal. Kegagalan bukanlah bagian kecil dalam proses meraih impian. Tapi Anda harus mengijinkannya membentuk Anda. Seperti Yusuf, seorang pemimpi yang setia dari Perjanjian Lama, saya mempunyai banyak hal yang harus saya pelajari sebelum satupun dari mimpi-mimpi saya mulai menjadi nyata:

"Dengarkan mimpi saya," kata Yusuf kepada saudara-saudaranya dan menceritakan mimpinya yang mengatakan bahwa suatu hari nanti dia akan memimpin mereka semua. Dapat ditebak, mereka tidak senang dengan mimpinya, mereka mencoba membunuhnya. Hanya dalam kesempatan yang tiba-tiba akhirnya dia dijual sebagai budak. Yusuf akhirnya melayani di rumah Potifar. Saat Anda sudah mengetahui akhir ceritanya, sangat mudah untuk melewatkan bagian ini:

Yusuf adalah anak favorit dari Yakub yang kaya raya. Dia pasti sudah mendengar Yakub bercerita tentang Tuhan yang pernah berkata bahwa keluarga mereka akan menjadi suatu bangsa yang besar. Saya membayangkan Yakub berkata dengan bangga kepada Yusuf, "Anak kesayanganku, kamu akan menjadi bapa dari bangsa yang besar ini." Dan sekarang Yusuf dalam tawanan, jauh dari ayah yang sangat menyayanginya, dipaksa untuk bekerja di daerah asing. Dia punya hak dan banyak kesempatan untuk menjadi marah, kepahitan dan mendendam. Dia tidak tahu apakah dia akan bisa keluar dari rumah Potifar. Dia mungkin mengira dirinya tidak akan bisa betemu lagi dengan teman-teman atau keluarganya lagi. Sejauh pemikirannya, hidupnya yang lalu itu sudah berakhir, namun dia tetap setia (Kejadian 39:2-23).

Tentu saja, menjadi seorang tahanan bukanlah impian Yusuf, tapi adalah sebuah tugas dimana Yusuf belajar untuk setia. Sementara berada di penjara, Yusuf mengartikan mimpi juru minuman, mengatakan bahwa dia akan dibebaskan dan dikembalikan pangkatnya. Juru minuman itu berjanji akan mengingat Yusuf, tapi dia tidak menepati janjinya. Itu bisa saja terjadi, Anda bisa saja tetap setia dan masih mempunyai teman atau rekan kerja yang gagal melakukan bagian mereka. 2 tahun berlalu sementara Yusuf masih setia melayani di penjara. Tidak lama setelah itu, Firaun bermimpi dan tidak ada seorangpun bisa mengartikannya, dan juru minuman itu baru mengingat Yusuf. Tuhan memberikan arti mimpi itu pada Yusuf dan karena itu Firaun mengangkat dia menjadi orang kedua di kerajaannya. Ini adalah pemutarbalikan posisi yang hampir tidak bisa dipercaya untuk seseorang yang pernah berada di penjara. Tapi ini juga bukan impian Yusuf. Meskipun dia telah mempunyai jabatan tinggi, kekayaan, dan kehormatan, itu bukanlah rencana terakhir Tuhan.

Ini adalah kunci yang perlu diingat karena jabatan, kekayaan, dan kehormatan dapat menjadi gangguan besar selagi kita sedang mengikuti impian yang sudah Tuhan berikan. Ingatlah bahwa tanpa ujian karakter yang dihadapinya setiap hari, dan yang berhasil dilaluinya dengan respon yang benar, Yusuf mungkin tidak akan banyak berguna bagi Firaun, bagi bangsa Israel, maupun bagi Mesias masa mendatang.

Setialah dalam Hal-hal Kecil
Anda sedang berada di mana dalam proses mencapai impian Anda? Akan jauh lebih baik kalau saja kita bisa mengetahui bahwa saat-saat pengalaman penolakan yang menyakitkan ini, kegagalan yang memalukan itu, tugas yang membosankan dan tidak ada akhirnya, dan prestasi yang tidak diakui itu adalah bagian-bagian dari rencana besar Tuhan. Tapi kita tidak bisa. Pada saat hal-hal itu terjadi, itu sama sekali tidak terasa sebagai persiapan untuk sesuatu yang besar. Itu hanya terasa kejam. Yang bisa kita lakukan adalah menngikuti teladan Yusuf: tetap bermimpi dan tetap setia dalam hal-hal kecil.

Dalam perumpamaan tentang talenta, Yesus memuji orang yang menerima 2 talenta dan juga orang yang menerima 5 talenta. Keduanya sama-sama berusaha untuk melipatgandakan apa yang telah diberikan kepada mereka, dan tentang mereka tuan mereka berkata, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

Kesetiaan hari ini dalam apapun yang harus Anda kerjakan adalah bagian dari proses yang Tuhan ingin Anda jalani. Apa yang Anda lakukan dengan tanggung jawab yang kecil akan mempengaruhi berapa banyak lagi tanggung jawab yang akan Anda terima. Ini berlaku untuk segala hal yang menjadi tanggung jawab Anda sekarang. Jika Anda melakukan setiap tanggung jawab dengan setia memenuhi kebutuhan dan bekerja seolah-olah untuk Tuhan sendiri, Dia akan setia menuntun Anda kepada langkah berikutnya untuk mewujudkan impian yang telah Dia letakkan dalam diri Anda.

Ada saat-saat dimana dulu saya masih belajar bagaimana menulis secara profesional, penolakan-penolakan dari penerbit kadang membuat saya menjauh dari keyboard komputer tanpa berpikir untuk kembali. Menulis itu kerja keras. Mendengar bahwa apa yang Anda tulis tidak cukup bagus itu menyakitkan. Dalam masa-masa itu saya harus memutuskan: menyerah untuk mengejar sesuatu yang lebih mudah atau terus maju. Tapi setiap kali saya kembali ke komputer saya, menekan tombol delete, dan memulai kembali, hasilnya lebih baik dari sebelumnya. Kerja keras dan ketekunan itu layak dilakukan... Impian saya dulu untuk menulis buku? Akhirnya itu tercapai, 16 tahun kemudian... Setialah dalam hal-hal kecil dan hal-hal besar akan mengikuti!

FREEDOM (Kemerdekaan Aktif Vs Kemerdekaan Pasif)


Oleh: Melani N. Liu, S.Th

Kemerdekaan yang negara Indonesia miliki akan menjadi percuma saja, jika tidak diisi dengan usaha untuk memanfaatkan alam kemerdekaan yang ada. Tentu dengan meningkatkan taraf ekonomi rakyat, menggali seluruh kekayaan alam Indonesia kemudian diwariskan secara merata bagi seluruh penduduknya. Bila tidak demikian, maka ternyata bangsa ini masih dijajah dengan kemiskinan, kebodohan dan berbagai kebutaan lain. Demikian pula dengan kemerdekaan Kristiani. Sangat disayangkan, ada banyak orang Kristen yang tidak mengisi kemerdekaannya dengan benar, sehingga tidak menikmati berkat kemerdekaan dalam Kristus. Banyak orang kristen yang terikat dengan keinginan-keinginan daging, pikiran-pikiran negatif, tidak percaya, duniawi, kekhuatiran, dan lain-lain. Kita dipanggil untuk mengisi kemerdekaan itu, agar kita menikmati sepenuhnya berkat dalam kemerdekaan Kristiani. Dengan cara sebagai berikut (Yoh. 8:30-36):
Pertama, hidup selaras dengan Firman Tuhan (dituntun dan dipandu oleh Firman-Nya). Setiap keputusan, dan peristiwa hidup selalu dikaitkan dengan Tuhan. Tanpa disadari, banyak orang kristen yang hidup dalam kepasifan. Pasif dalam memandang Tuhan dan memberi perhatian kepada perkara-perkara rohani (ini bentuk pemilikkan kuasa kegelapan). Sebab, pikiran di luar Tuhan, dipenuhi dengan berbagai ambisi dan hasrat duniawi (Mat 22:37-40). Oleh sebab itu, benar kata Tuhan, kita tidak dapat menjadi murid kalau tidak melepaskan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
Pengenalan akan Allah ini dapat membuat seseorang merdeka; ini merupakan hasil pergumulan kongkrit hidup setiap hari, bukan hasil belajar Alkitab semata-mata di sekolah Theologia. Dalam hal ini, kita mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata: “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil 2:12), ini menunjuk kepada keseriusan yang tinggi untuk mengisi keselamatan yang sudah dimiliki seseorang. Kita dimerdekakan untuk mengisi kemerdekaan, kita diselamatkan untuk meningkatkan mutu keselamatan itu. Bila tidak demikian, maka kita tidak bertanggung jawab.
Kedua, hidup sempurna dalam piminan Roh Kudus. Bagaimana kita hidup sempurna dalam piminan Roh Kudus? Jawabannya adalah, tergantung dari kemauan kita. Oleh sebab itu, kita harus menggunakan kehendak kita dengan kuat dan tegas berkata: “Aku mau untuk hidup seturut dengan kehendak Allah”.



Iblis sering menipu kita dengan kepasifan, sehingga pada hari-hari hidup, kita tidak menguatkan hati untuk memandang Tuhan. Iblis mengisi pikiran kita dengan berbagai sampah-sampah sehingga kita tidak menggunakan kebebasan kita bertindak dan mengambil keputusan. Banyak manusia yang tidak jelas arah perjalanan hidupnya sebab pasivisme ini. Tidak jarang kita jumpai anak Tuhan yang mohon bimbingan Tuhan; mohon arah untuk memulihkan kehidupannya, tetapi tidak pulih-pulih, sebab Tuhan menghendaki kita melangkah dahulu, barulah pemulihan akan menyertai langkah kita.
Ketiga, mengenal kebenaran, yang identik dengan mengenal Allah, mengenal pribadi-Nya, mengenal kehendak-Nya, dan mengerti maksud-maksudNya. Sebab Yesus itulah kebenaran. Pengenalan yang bertumbuh melalui pergumulan kongkrit inilah yang membuahkan kemerdekaan. Kenyataannya, kita mengenal banyak orang Kristen yang sudah merdeka tetapi sebenarnya masih terikat dengan berbagai ikatan. Kemerdekaan yang diakuinya sebenarnya hanyalah mimpi semata-mata. Dalam hal ini, harus dipahami bahwa ada 2 jenis kemerdekaan, yaitu: kemerdekaan pasif dan aktif.



Kemerdekaan pasif adalah kemerdekaan yang kita terima dari Yesus yang membuat kita selamat; kemerdekaan yang kita terima hanya dengan percaya saja. Sedangkan kemerdekaan aktif adalah kelepasan dari ikatan-ikatan dosa, buah dari pergumulan pribadi dengan pimpinan Roh Kudus yang membuat kita makin merdeka dari ikatan-ikatan dosa tersebut, dan memperoleh mahkota sorgawi atau kemuliaan bersama Yesus. Kemerdekaan aktif adalah sebuah perjuangan yang terus-menerus sampai Tuhan datang kembali, kita tidak boleh berhenti dan tidak bisa berhenti. Kemerdekaan aktif menuntut kesungguhan kita. Semakin orang merdeka semakin ia menikmati:
Damai sejahtera Allah. Damai sejahtera Allah hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang tidak duniawi. Kita tidak dapat menikmati damai sejahtera Allah dalam keadaan berdosa.
Semakin melayani Tuhan dengan kuasa. Kuasa Allah mengalir buah dari kesucian hidup.
Beroleh hak penuh masuk ke dalam kerajaan sorga dan kemuliaan bersama dengan Kristus.
Tidak sedikit orang Kristen yang hanya memiliki kemerdekaan pasif dan tidak bertumbuh dalam kemerdekaan aktif, sehingga mereka tidak bertumbuh makin merdeka. Mereka adalah orang-orang kristen yang tidak mengerti arah hidup kekristenannya; dan merupakan orang Kristen yang tidak bertanggung jawab. Sebagai peringatan bahwa setiap orang Kristen yang merdeka dapat diperbudak lagi oleh dosa, jika tidak berjaga-jaga (Gal 5:1; Ef 4:17). Oleh sebab itu, dalam hidup ini bagi kita tidak ada pilihan lain, kalau tidak mengisi kemerdekaan, maka kemerdekaannya akan direbut kembali oleh iblis.

“Membangun sebuah generasi yang MENGENAL dan MENGHIDUPI KEBENARAN sehingga menjadi JAWABAN bagi dunianya”


Saya percaya setiap kita dipanggil untuk MENJADI JAWABAN bagi generasi kita saat ini. Kisah para rasul 13:26 dalam bahasa inggrisnya mengatakan “(David)… serve the purpose of God in His generation”. Tuhan menempatkan kita TEPAT di generasi ini dan di tempat dimana kita berada untuk menjadi jawaban. Sehingga seperti Firaun pada akhirnya mengakui Allah-nya Yusuf karena Yusuf memberikan solusi atas masalah kelaparan di Mesir, demikian juga orang-orang disekitar kita akan mengakui Allah kita karena hidup kita menajdi jawaban bagi mereka.

Kuncinya ada dalam MENGENAL dan MENGHIDUPI kebenaran, dimana “CHRIST” seharusnya menjadi VALUE yang kita hidupi :
C – Covenant Relationship
H – Humble / Servanthood
R – Relevan
I – Integrity
S – Spirit of ExcellenT

Selama bulan Juni dan Juli ini kita membahas Value Dynamic Service diatas, yang saya sangat yakin akan membawa PERUBAHAN BESAR bagi hidup kita. Kemudian di bulan Agustus tema yang diangkat adalah “FREEDOM”. Sebagaimana kita merayakan kemerdekaan negara kita, kita juga akan belajar bersama bagaimana Tuhan Yesus telah memberikan kemerdekaan yang sesungguhnya bagi kita, for Jesus has paid it all for us.

“So if the Son sets you free, you will be free indeed.” John 8:36



be inspired…

febe hadiwidjaja

18 June 2008

IBADAH SEBAGAI GAYA HIDUP

Mungkin kita pernah mendengar seseorang berkata tentang ibadah mereka: “Buat saya sih yang penting datang ibadah hari minggu itu sudah cukup” atau “Yang penting ‘kan datang ke gereja, saya tidak suka ikut-ikut kegiatan lainnya” atau “Saya gak bisa doa sendiri, gak tahu mau ngomong apa” atau juga “Kalo baca firman Tuhan saya gak ngerti jadi gak suka baca alkitab.” dsb.
Apa betul kalau kita hanya datang seminggu sekali ke gereja sudah merupakan ibadah yang disukai oleh Tuhan? Coba renungkan sejenak apa yang dikatakan rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
Hidup memuliakan Allah itu bukan berarti cukup hanya dengan ibadah secara pribadi, ibadah bersama atau melalui perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi kalau kita hanya melakukan ibadah sebatas kegiatan berkala seperti misalnya ke gereja pada hari minggu, itu bukan tidak baik, tapi sangatlah kurang di hadapan Allah jika dibandingkan dengan apa yang diajarkan Paulus kepada kita.
Dalam ibadah secara pribadi, tentunya kita juga harus mempunyai kehidupan doa secara pribadi dengan Allah. Membaca dan merenungkan firman Tuhan secara pribadi serta membuat catatan dari hasil perenungan pribadi terebut, dan melakukan firman Tuhan yang kita dapatkan tersebut setiap hari bahkan setiap saat dan setiap kesempatan sehingga kita mendapatkan kuasa dan kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Belum selesai sampai disini sebab kita juga harus bersaksi kepada orang lain atas segala sesuatu yang kita alami dalam hidup kita. Sebab Tuhan Yesus juga sudah mengingatkan kita dalam amanat AgungNya “ ….., dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. …..”
Ini semua baru ibadah secara pribadi, belum lagi ibadah secara bersama dan ibadah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik bagi kemuliaan nama Tuhan. Oleh sebab itu kita harus belajar membangun ibadah sebagai suatu gaya hidup, sehingga apapun yang kita lakukan, merupakan ibadah yang memuliakan nama Tuhan, amin.
TER.

Dynamic Service Launching

Tema 2008

Mazmur 23:4 "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."