Blog IMAGE Lippo Cikarang



created by www.donghaeng.net

26 June 2008

Melayani Dengan Kerendahan Hati


Oleh: Manasje Korniawan


“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukan- nya.” (Yohanes 13:16,17)
Kisah Yesus membasuh kaki murid-muridNya, merupakan kisah yang ditulis hanya pada Injil tulisan Yohanes (Yohanes 13:1-20). Peristiwa yang dramatis ini terjadi pada malam terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan.
Dalam peristiwa ini, Yesus ingin menunjukkan suatu teladan kepada murid-muridNya, kepada kita semua, bahwa pelayanan pekerjaan Tuhan di dunia ini tidaklah sama dengan pandangan dunia. Dunia menghendaki sesuatu yang “wah”, hebat, menonjol, keakuan, superstar bagaikan bintang-bintang di langit, penghormatan. Pelayanan dunia adalah melayani pemimpin, penguasa.
Ada sebuah anekdot, digambarkan bahwa rakyat berdesak-desakan di dalam  sebuah bus yang penuh penumpang, pengap dan kepanasan di dalam bus itu, dihentikan oleh polisi, karena saat itu lewat “pelayan rakyat”, menaiki mobil sedan mewah ber – AC, dikawal oleh Polisi jalan raya, melewati jalan tersebut yang telah bebas dari hambatan dan kemacetan.


Inilah gambaran pelayanan dunia, siapa di atas, yang memimpin, yang berkuasa, dialah sebagai raja, menerima segala fasilitas dan kemudahan, disanjung-sanjung dan dihormati. (Lukas 22:24,25).
Tuhan Yesus berkata, “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar diantara kamu, hendaklah menjadi sebagai yang paling muda, dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”(Lukas 22:26,27).
Tuhan Yesus memberikan suatu gambaran, bahwa siapa yang menjadi terbesar di dalam kerajaan Sorga, bukanlah seorang yang paling hebat di dunia ini, yang menerima segala penghormatan dan dilayani, tetapi yang memiliki kerendahan hati, yang bersedia mengorbankan dirinya sendiri, mengosongkan diri untuk melayani, menjadi yang paling muda atau rendah, memperhatikan dan melayani kepentingan orang lain.
Tuhan Yesus memberikan contoh teladan hidup yang sangat sempurna, Dia yang adalah Allah, yang Maha Tinggi, Pencipta alam semesta, Raja di atas segala raja, ketika menjadi manusia, “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, … Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:6–8).

Selama hidup di dunia, Yesus menunjukkan kerendahan hati, melayani, walaupun Ia sangat hebat, membuat mujizat, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, sangat luar biasa. Malah murid-muridNya yang merasa sombong, ketika orang-orang Samaria tidak mau menerima mereka, mereka berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54).
Kita memperoleh keselamatan, ditebus dan diangkat menjadi anak-anak Allah, masuk dalam keluarga Allah, itu semua oleh karena kasih karuniaNya, bukan usaha dan jerih payah kita.
Mungkin tanpa kasih karunia Allah, kita sekarang ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, mungkin tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain, tapi oleh karena kasih karuniaNya, kita boleh menjadi seperti kita hidup sekarang, apakah sebagai hamba Tuhan, diaken, penilik jemaat, guru, dan lainnya.
Janganlah kita menganggap diri kita hebat, dan maunya menonjol terus, dan tidak memberikan penghormatan kepada mereka yang melayani dengan rendah hati, yang tidak pernah kelihatan.

Apakah kita merasa tergerak hati (terpikirkan) tentang pelayanan yang tidak nampak, seperti seksi (komisi) kematian, yang dengan tekun melayani mereka yang sudah meninggal, merias (make up) orang meninggal, atau pelayanan orang-orang jompo, yang setiap kebaktian, menjemput orang-orang yang tua ini dari rumah ke rumah, jauh sebelum kebaktian dimulai, dengan kendaraan dan  biaya sendiri, agar orang-orang tua itu dapat ikut beribadah di gereja dan juga pulangnya mengantar mereka sampai di rumah masing – masing, atau pelayanan yang mempersiapkan ruangan ibadah, menyapu, mengepel, dan menata kursi, agar ibadah dapat berjalan dengan nyaman. Hamba-hamba Tuhan yang melayani di pelosok-pelosok terpencil, daerah yang sulit, di Sumatera, Riau, Kalimantan , Papua, menuai ladang yang sudah menguning.
Apakah kita akan berkata, “Oh, itu bukan tugas saya, itu tugas orang lain, tugas jemaat, tugas saya adalah berkothbah, tampil di mimbar, memenangkan ribuan jiwa bagi Tuhan. Saya hanya terpanggil untuk kota-kota besar di Jawa, gereja-gereja yang sudah mapan, dengan jemaat yang banyak. Daerah-daerah terpencil, bukan tugas saya.” Atau berkata, “Wah, itu bukan tanggung jawab saya, saya hanya hadir dalam kebaktian, duduk, mendengarkan Firman Tuhan, dan pulang, itu bukan urusan saya.”
Ada sebuah kisah, seorang hamba Tuhan, yang dipakai oleh Tuhan secara luar biasa, setiap kali berkothbah, yang hadir ribuan orang, dan banyak jiwa yang bertobat karena kothbahnya. Sementara itu ada seorang ibu tua yang setia datang beribadah, duduk dikursi paling belakang, dan selalu berdoa setiap kali hamba Tuhan ini berkothbah. Suatu ketika hamba Tuhan dan Ibu tua ini dipanggil ke Sorga, untuk menerima mahkota. Hamba Tuhan ini berpikir pasti dialah yang akan mendapatkan mahkota dan pahala yang besar. Tetapi ternyata ibu tualah yang memperoleh mahkota yang indah, lebih mulia dari hamba Tuhan itu.


Ketika hamba Tuhan ini protes kepada Tuhan, Tuhan menjawab, kalau bukan karena doa ibu tua itu, yang selalu berdoa untuknya,  hamba Tuhan ini bukanlah apa-apa, tak dapat sehebat itu pelayanannya.
Kejahatan terbesar di hadapan Tuhan adalah keseombongan. Kesombongan (tinggi hati) adalah lawan dari kerendahan hati. Kesombongan menonjolkan keakuan, tidak mengakui campur tangan Allah, dan melawan Allah.
Karena kesombonganlah maka Iblis jatuh dan dicampakkan ke bumi, ”Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar ….. Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan … hendak menyamai Yang Maha Tinggi. Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan .” (Yesaya 14:12–15)
Kita dapat merenungkan Firman Tuhan dalam Matius 7:22,23, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan.”
Banyak anak-anak Allah, orang Kristen akan terbujuk oleh bisikan iblis untuk hidup mementingkan diri sendiri, meninggikan diri dan menjadi sombong, dan tidak bergantung lagi kepada Allah, tidak setia dan tidak taat kepada Tuhan dan FirmanNya dalam hidup dan pertumbuhan rohani mereka, tetapi memakai alasan melayani Tuhan untuk memuaskan keinginan daging dan hawa nafsu pribadi mereka.
Tuhan Yesus menyatakan “Yang terbesar diantara kamu … menjadi yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 2:26). Kebesaran sejati bukanlah mengenai kedudukan, jabatan, kepemimpinan, kuasa, pengaruh, gelar pendidikan, ketenaran, kemampuan, prestasi atau keberhasilan yang besar, melainkan kehidupan rohani kita dihadapan Allah, menjadi besar dalam hal-hal yang benar, makin besar dan bertumbuh dalam iman, kerendahan hati, watak yang saleh, hikmat, penguasaan diri, kesabaran, dan kasih, untuk melayani orang lain bagi kemuliaan nama Tuhan. Karena semua yang kita lakukan untuk Tuhan tanpa pamer, tanpa “gembar-gembor”, tetapi secara sembunyi, maka Bapa Sorgawi yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Matius 6:4,6,18).

1 comment:

Anonymous said...

Yes, melayani dengan kerendahan hati, tulisan - tulisan beliau dulu bahkan sekarang menjadi sumber inspirasi dan kreatifitas saya dan keluarga, kapan di muat tulisan yang lain?

Dynamic Service Launching

Tema 2008

Mazmur 23:4 "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."